Media pembelajaran
adalah salah satu sarana yang dapat digunakan dalam membantu sasaran untuk
dapat memahami informasi dan edukasi yang diberikan salah satunya dalam
pendidikan kesehatan. Pemilihan media yang tepat menjadi salah satu kunci untuk
tercapainya tujuan pendidikan kesehatan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media adalah menentukan sasaran dan karakteristik sasaran,
analisis kebutuhan sasaran, menentukan perubahan perilaku yang diharapkan, serta
memperhatikan konten materi yang perlu disajikan agar sesuai dengan perubahan
perilaku yang diharapkan (Susilana, 2009).
Salah satu pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh Kementrian Kesehatan kepada remaja adalah adanya
informasi yang komprehensif mengenai HIV & AIDS. Berdasarakan data
Riskesdas 2010, diketahui bahwa hanya sebesar 11,4% remaja usia 15-24 tahun
yang memiliki informasi yang lengkap dan komprehensif mengenai HIV dan AIDS.
Oleh sebab itu Kementrian Kesehatan menyusun sebuah program yang diberi nama
“Aku Bangga Aku Tahu” untuk memberikan informasi yang komprehensif bagi
kalangan remaja. Ada beberapa media pembelajaran yang dipilih untuk diberikan
kepada kelompok remaja, antara lain penyuluhan dan pemberian leaflet. Namun
dalam tulisan ini hanya akan membahas mengenai leaflet dari program tersebut.
Pada dasarnya leaflet
adalah bentuk penyampaian informasi melalui lembarang yang dilipat-lipat
sedemikian rupa yang berisi kalimat, gambar, maupun kombinasi dari keduanya
yang salah satu fungsinya adalah memberikan edukasi di dalamnya (Saefudin & Setiawan, 2006). Berikut adalah analisis leaflet “Aku Bangga Aku Tahu” menurut
kriteria leaflet yang baik :
1.
Kelebihan
a.
Kesesuaian dengan tujuan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hardiningsih, 2011 mengemukakan bahwa remaja yang diberikan intervensi melalui leaflet
mendapatkan informasi yang lebih baik dalam rangka pencegahan HIV&AIDS. Hal
ini menunjukkan bahwa leaflet adalah salah satu metode yang tepat diberikan
untuk remaja dalam hal meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap. Karena
dalam hal melakukan penilaian terhadap media, kesesuaian dengan tujuan dan
sasaran merupakan poin penting (Susilana, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa leaflet yang diproduksi oleh
Kementrian Kesehatan telah memiliki kesesuaian dengan tujuan program. Hal ini
juga dapat dilihat dalam leaflet dimana media ini memberikan informasi yang lengkap dan komprehensif
mengenai HIV & AIDS yang terdiri dari alasan untuk mengetahui HIV,
penjelasan HIV & AIDS serta perbedaannya, cara penularan HIV, cara kerja
HIV dalam tubuh manusia, serta tentang narkotika.
b.
Kesesuaian dengan sasaran
Bentuk dan warna yang
diberikan juga telah disesuaikan dengan kelompok sasaran yaitu remaja. Adanya
beberapa warna di setiap bagian memberikan efek segar dan mengurangi kebosanan
dalam membaca serta dapat digunakan untuk menarik perhatian (Hagijanto, 2001). Selain itu bentuknya yang dapat dilipat sampai seukuran saku baju
sekolah juga memberikan nilai tambah bagi leaflet ini. Hal ini dikarenakan
remaja menyukai sesuatu yang simpel serta memberikan kemungkinan yang cukup
besar untuk menarik perhatian dengan ukuran media yang kecil dan warna yang
mencolok.
c.
Headline
Headline juga menjadi salah
satu bagian yang memegang peranan penting dalam penyusunan media cetak karena
pembaca akan diarahkan sesuai dengan tujuan dari materi yang akan disampaikan.
Headline yang baik haruslah berisi sedikit data, bermakna tajam, lugas, serta
memberikan pengertian utuh (Hagijanto, 2001). Leaflet “Aku Bangga Aku Tahu” memiliki beberapa headline yang
dipisahkan dengan kotak untuk masing-masing headline. Hal ini baik agar remaja
tidak mengalami kesulitan dan kerancuan dari beberapa headline yang muncul
dalam leaflet. Selain itu headline juga sudah ditulis dengan kalimat yang
singkat, lugas, serta sesuai dengan isi pesan yang disampaikan. Ukuran font
juga telah dibesarkan agar menjadi pembaca dapat dengan cepat menebak isi pesan
yang akan diberikan. Penulisan nomor di samping headline juga memberikan alur
yang jelas sehingga remaja akan membaca dengan alur yang diinginkan oleh
Kementrian Kesehatan.
2.
Kekurangan
a.
Isi Pesan
-
Berdasarkan kerucut Elgar Dale (Maulana, 2007) tulisan menempati posisi kedua tertinggi dari kerucut. Hal ini
mengartikan bahwa tulisan memberikan intensitas yang lemah sehingga penyampaian
materi akan kurang efektif apabila tidak digabungkan dengan media yang lain.
Pesan yang diberikan di dalam leaflet cukup padat sehingga ukuran font menjadi
lebih kecil. Ukuran font yang kecil akan mengakibatkan keengganan remaja untuk
membaca lebih lanjut. Selain itu remaja juga akan lebih susah mengingat
informasi yang diberikan.
-
Adanya isi pesan yang kurang fokus
terhadap poin kunci yang diharapkan dari leaflet juga memberikan nilai minus
dari media ini. Poin kunci dalam leaflet adalah “no narkoba” dan “no seks
beresiko”. Namun dalam leaflet tidak disampaikan bagaimana cara untuk
menghindari seks beresiko dan narkoba itu sendiri.
-
Dalam menyusun pesan hendaknya
juga memperhatikan penulisan istilah. Pesan yang menjelaskan headline sebaiknya
dirancang sedemikian rupa serta ada konsistensi agar memuat pesan yang tidak
membingungkan dan bermakna ganda (Hagijanto, 2001). Pada leaflet “Aku Bangga Aku Tahu” ditemukan dua istilah yang ditulis
dengan makna yang dianggap sama namun sejatinya memiliki makna yang berbeda,
yaitu “seks beresiko” dan “seks bebas”. Namun dalam pesan tidak disampaikan
penjelasan yang tepat untuk makna yang muncul tersebut. Seks beresiko memiliki
makna hubungan seksual bergonta ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman
(kondom) baik yang dilakukan baik sesudah nikah maupun sebelum nikah. Namun
seks bebas dimaknai hubungan seksual sebelum menikah baik menggunakan pengaman
maupun tidak. Hal ini akan menimbulkan kebingungan bagi remaja mengenai
hubungan seksual beresiko itu sendiri. Sehingga akan memunculkan masalah baru
yaitu adanya stigma negatif bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual
sebelum nikah dan mengidap HIV positif.
-
Alur istilah yang tidak sesuai
dengan alur pesan juga menjadi kekurangan dalam leaflet ini. Dalam poin untuk 3
telah menyebutkan istilah “ODHA” namun penjelasan ODHA sendiri berada poin
nomor 6, begitu juga untuk istilah “CD4” yang telah tercantum pada poin 3 namun
penjelasan diberikan pada poin 5.
-
Tidak adanya kontak lain yang
dapat diakses apabila remaja ingin memperoleh informasi lebih lanjut tekait
pesan
3.
Saran
a.
Informasi yang edukatif sangat
disarankan dan didorong untuk selalu diberikan kepada remaja, namun akan lebih
baik apabila media cetak yang diberikan tidak terlalu banyak mengandung unsur
kata-kata serta menambah unsur gambar agar pesan mudah dicerna dan mudah
diingat
b.
Istilah diharapkan untuk konsisten
mulai dari awal pesan sampai pesan berakhir agar tidak menimbulkan makna ganda
dan kebingungan bagi pembaca
c.
Adanya kesesuaian antara pesan
kunci dan pesan yang disampaikan di dalam leaflet agar remaja ataupun pembaca
lainnya dapat menemukan kesesuaian dan pesan akan menjadi lebih efektif.
d.
Leaflet adalah media yang menyasar
ke banyak orang, maka leaflet juga menjadi media yang tepat untuk mempromosikan
suatu media lainnya. Sehingga akan lebih baik apabila dalam leaflet ini
mencantumkan kontak ataupun media lain yang dapat diakses oleh remaja untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai HIV & AIDS.
DAFTAR
PUSTAKA
Hagijanto, A. D. (2001).
MENCIPTAKAN BRAND AWARENESS IKLAN MEDIA MASSA CETAK. Nirmana, 3 no.1,
17–31.
Hardiningsih. (2011). Perbedaan Pendidikan
Kesehatan dengan Ceramah dan Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam
Rangka Pencegahan HIV AIDS pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Surakarta, 1–10.
Maulana, H. D. J. (2007). Promosi
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Saefudin, & Setiawan.
(2006). Teknik Pembuatan Leaflet Untuk Kegiatan Marketing. Temu Teknis
Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, 546–552.
Susilana, R. (2009). MEDIA
PEMBELAJARAN: Hakikat,Pengembangan,Pemanfaatan,dan Penilaian. Bandung: CV
WACANA PRIMA.